Sabtu, 17 November 2012

Diskusi Terbuka "Wacana Politik dalam Media"


Ditulis oleh tim reporter    Kamis, 08 Desember 2011 10:34
Pertumbuhan media saat ini sangatlah pesat. Teknologi yang maju telah membantu munculnya media baru seperti jejaring sosial dan situs-situs media sosial yang kini terus berkembang. Begitu juga pengaruhnya terhadap kondisi dan situasi politik suatu negara. Peran media tersebut menjadi pembahasan penting pada diskusi terbuka Ikom Expo 2011 bertema Wacana Politik dalam Media Kita, Rabu kemarin (6/12), di ruang Seminar, UKI Cawang, Jakarta.

Hadir dalam diskusi tersebut, Rektor UKI, Maruli Gultom, Dekan Fisipol, D Parlindungan Sitorus serta sejumlah dosen, karyawan dan mahasiswa Fisipol.
Dr Suprawito yang hadir sebagai salah satu pembicara, mengatakan, peran komunikasi sangat powerfull untuk mengubah suatu kondisi. Namun, sekarang ini, menurutnya, peran media seperti seolah hanya sebagai watchdog yang diatur oleh kepentingan pemilik usaha.

Terkait media baru atau new media, ia menilai justru dengan adanya media baru semakin memperlengkapi media yang sudah ada. “Media tradisional yang sudah ada seperti koran, radio dan televisi semakin diperlengkapi dengan hadirnya media baru seperti jejaring sosial,” kata Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia tersebut di depan ratusan peserta, termasuk Rektor UKI, Maruli Gultom dan Dekan Fisipol, D Parlindungan Sitorus yang juga hadir.

Media, ia menambahkan, dalam dunia politik merupakan kekuatan atau pilar ke empat setelah Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Daya pengaruh media sangat luar biasa, karena berlangsung cepat, luas dan dikemas menarik. Pengaruh itu dicontohkan dengan peran jejaring sosial terhadap jatuhnya rezim di Libia, Mesir dan negara lainnya.

Media dapat dijadikan sebagai wacana politik yang sangat efektif. Hal itu dapat mempengaruhi pertumbuhan demokrasi politik yang juga semakin bagus. “Terhadap demokrasi, pengaruh media bisa berdampak bagus, asal semua pihak mematuhi aturan main yang ada dan yang disepakati bersama. Namun, jika kurang sadar akan arti reformasi, akan berakibat kontra produktif dan bisa kembali ke otoriterisme,” ungkapnya.

Sementara itu, pembicara lainnya Saur Hutabarat memaparkan peran media dalam ranah politik. Saur Hutabarat memaparkan, pada dasarnya media menuju empat dasar komitmen. Informasi, menciptakan perdebatan publik di ruang publik (to create public debate), menggali dan membongkar melalui investigasi peristiwa (to be public watch dog) dan memihak (to judge).

Dalam tugasnya, media tentunya harus memberitakan sesuai fakta yang ada. Namun, media juga punya pandangan yang berbeda-beda, ada pula yang sama terhadap suatu fakta. “Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu fakta yang sama. Hal itu sah-sah saja,” ujarnya.

Menilai tentang hadirnya media baru, ia juga berpendapat sama dengan Suprawito. Kehadiran media baru, menurutnya, sangat mendukung media yang sudah ada. “Semakin lengkap. Tapi, yang perlu dicermati bahwa media yang baru tidak membunuh media yang lain. Radio tidak membunuh media cetak, begitu juga televisi terhadap radio dan cetak, dan lainnya,” papar Direktur Utama Pemberitaan Media Indonesia tersebut di akhir diskusi yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. (OR)


Sumber : http://reporter.uki.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=169:diskusi-terbuka-qwacana-politik-dalam-mediaq&catid=1:latest-news#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar