Action |
Crime | Drama | Thriller
DIRECTOR: Justin Lin
STARRING: Vin Diesel, Paul Walker, Dwayne Johnson, Jordana
Brewster, Tyrese Gibson, Ludacris, Elsa Pataky, Gal Gadot, Matt Schulze, Sung
Kang, Joaquim de Almeida, Michael Irby
RUNTIME: 130 min
COUNTRY: USA
sinopsis | resensi film
Fast & Furious, franchise film balap mobil liar paling
tersohor dalam dekade ini kembali lagi. Kali ini melalui installment
ke-5, berjudul Fast & Furious 5: Rio Heist atau cukup disingkat Fast
Five, yang akan membawa kita menyusuri jalanan kota Rio de Janiero, Brazil.
Dari film pertama The Fast and the Furious (2001) yang dibesut oleh
sutradara Rob Cohen, hingga sekuel terbaru, franchise film ini perlahan
telah berkembang menjadi film perampokan dengan kecepatan tinggi yang dibalut
aksi-aksi adrenalin tinggi penuh ledakan dan berondongan peluru. Beruntung
Justin Lin tetap duduk sebagai director di film ke-5 ini. Ramuannya
terbukti membawa angin segar pada franchise ini, berbeda dengan film
ke-2 yang disutradarai oleh John Singleton yang menurut saya paling melempem
dibanding film-film lainnya.
Film ini dibuka dengan adegan lanjutan dari ending film ke-4. Terkisah
Dominic Toretto / aka Dom (Vin Diesel) -yang terguncang akibat insiden yang
dikisahkan merenggut nyawa pacarnya Letty (Michelle Rodriguez)- divonis penjara
setelah menjadi buron FBI cukup lama. Dalam perjalanannya bersama tahanan lainnya
menuju penjara, bus yang membawanya mengalami kecelakaan fatal setelah berhasil
disabotase oleh orang-orang terdekat Dom yang tidak puas dengan vonis hakim,
yaitu Brian O'conner (Paul Walker), mantan polisi & FBI yang juga teman Dom
bersama kekasih sekaligus adik kandung Dom, Mia Toretto (Jordana Brewster).
Karenanya mereka bertiga menjadi buronan paling dicari FBI. Dom yang dikabarkan
berhasil kabur, melarikan diri ke Ekuador berpisah dengan O'conner dan Mia yang
memilih lari ke kota Rio, Brazil.
Sesampainya di Rio, mereka bertemu Vince (Matt Schulze), sahabat satu kru
Dom yang pernah muncul di film pertama. Disinilah awal konflik bermula. Vince
meyakinkan O'conner dan Mia untuk turut serta dalam sebuah misi perampokan
mobil yang akan dipimpin olehnya. Sebuah misi perampokan mobil sitaan yang akan
terjadi diatas kereta yang berjalan. Perkenalkanlah orang yang menghendaki misi
tersebut yaitu, Hernan Reyes (Joaquim de Almeida), seorang konglomerat korup
terkaya di Rio de Janiero. Vince mengiming-imingi bahwa misi ini akan berjalan
mudah dan Reyes menawarkan imbalan yang besar. Mereka setuju dan misi tersebut
pun berjalan. Di misi itu pula mereka kembali dipertemukan dengan Dom yang
telah berada di Rio dan ikut turut serta didalamnya. Singkat kata misi tersebut
tidak berjalan sesuai rencana awal, walaupun mobil GT40 yang dimaksud berhasil
dibawa Mia setelah mendapat aba-aba dari Dom. Bahkan 3 agen Amerika yang
bertugas mengamankan mobil sitaan tersebut dibunuh oleh Zizi (Michael Irby),
orang kepercayaan Reyes, sedangkan Vince entah menghilang kemana. Mengetahui
mobil yang diincar tidak didapatkan serta interogasi tak membuahkan hasil,
Reyes kemudian menyekap Dom dan O'conner disebuah gudang dan mengancam akan
menemukan Mia. Berselang Reyes pergi, Dom dan O'conner berhasil melarikan diri
dari tempat tersebut setelah melewati perlawanan dan kembali ke tempat
persembunyian di Favela Rio (sebutan untuk pemukiman padat penduduk disana)
untuk berkumpul dengan Mia.
Di sisi lain selidik
punya selidik ternyata Reyes bukan mengincar mobilnya, namun chip yang
berada didalamnya. Mengetahui tawanannya kabur, Reyes memerintahkan untuk
memburu Dom dan kawan-kawannya. Sementara itu disisi lain kota, agen DSS
(Diplomatic Security Service) yaitu Luke Hobbs (Dwayne Johnson) -yang
ditugaskan FBI untuk memburu Dom, O'conner, dan Mia- baru saja mendarat di Rio,
bersama timnya dan ditemani petugas polisi lokal Elena Neves (Elza Pataky),
Hobbs siap menangkap para buronan tersebut. Disinilah dimulai aksi-aksi seru
pengejaran terhadap Dom dan yang lainnya. Di lain sisi Dom yang merasa diatas
angin karena memegang chip berisi data-data lokasi deposit uang Reyes,
membuat rencana untuk menyerang balik Reyes, mengambil uangnya dan lalu
menghilang untuk memulai kehidupan baru. Untuk menjalankan rencana tersebut,
Dom membutuhkan sebuah tim yang solid, karenanya dia dan O'conner memanggil
teman-teman lamanya, para kawannya yang muncul di seri Fast & Furious
terdahulu. Akankah Dom berhasil dengan rencananya? Atau malah salah satu antara
Reyes dan Hobbs lebih dulu menciduk Dom dan kawan-kawannya?
Tak diragukan lagi, dengan film ini kembali membuktikan bahwa tidak salah
menunjuk seorang Justin Lin untuk menyutradarai franchise film balapan
liar ini, bahkan kabarnya ia pun tetap menduduki kursi sutradara untuk film
ke-6 yang rencananya akan tayang 2013. Fast & Furious 5: Rio Heist / aka
Fast Five ini bisa dibilang film yang 'komplit'. Komplit baik dari segi action
maupun jajaran pemainnya. Betapa tidak, dengan budget sebesar $125,000,000
dihabiskan untuk membuat film ke-5 ini penuh dengan aksi yang lebih heboh
ketimbang seri-seri sebelumnya, plus kembalinya cast film terdahulu
seperti si botak yang bawel Roman Pearce (Tyrese Gibson), mekanik serta host
balap nyentrik Tej Parker (Ludacris), si seksi eks-militer Gisele Harabo
(Gal Gadot) serta beberapa cast baru, Dwayne 'The Rock' Johnson dan si cantik
Elza Pataky.
Dari segi cerita, film ke-5 ini terasa lebih serius dan 'dewasa'. Porsi
balapan liarnya lebih sebagai pelengkap cerita dari kisah perampokannya,
berbeda dengan 3 film sebelumnya, namun justru disinilah nikmatnya film ini.
Terima kasih kepada Chris Morgan yang bertanggung jawab dalam penulisan cerita
sejak The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006) dan juga
sutradara yang mampu merangkai tema baru tersebut dengan cantik. Alur cerita
didalamnya mengalir cepat. Dari awal pembukaan film kita telah disuguhkan
rentetan aksi-aksi seperti, adegan perampokan mobil di kereta, kejar-kejaran di
sela atap-atap pemukiman di Rio, sampai aksi kejar-kejaran dengan lusinan
polisi di penghujung film, yang ditempatkan secara pas hingga akhir film namun
terjaga ritmenya dan tidak berlebihan dari segi durasi. Dialog-dialognya yang
ada tidak bertele-tele dan terkadang diselingi jokes yang cukup membuat
tersenyum. Untuk akting para pemainnya tidak ada yang spesial, namun dari sejak
film pertama saya tetap salut dengan Vin Diesel yang sangat 'masuk' dengan
karakter yang dimainkan, maskulin, gahar, cuek, pas jadi 'ikon' franchise
ini apabila dibandingkan dengan Paul Walker. Absennya Vin di film ke-2 serasa
menghilangkan separuh nyawa di film tersebut. Lalu apa kabar dengan para pemain
baru? Dari segi akting Dwayne Johnson masih agak kaku, juga dalam dialognya.
Malahan dibeberapa scene masih terbawa karakter juga gesture dari
'The Rock' didunia gulatnya. Walaupun pada kenyataannya di film ini ia pun
harus bergulat dengan Vin Diesel, dan adegan adu jotos antara dua orang
bertubuh kekar ini juga yang memang cukup dinanti. Sedangkan Elza Pataky,
muncul di film ini hanya sebagai pemanis yang ditunggu untuk dinikmati
keelokannya. Karena pun kehadirannya sebagai penterjemah bagi Hobbs terlihat
tidak terlalu berguna.
Dari sinematografi dan departemen teknik, di film ini tampaknya mengurangi
penggunaan CGI apalagi untuk scene-scene andalan seperti
kejar-kejaran deposit / brankas dengan polisi di akhir film yang walaupun
terlihat tidak mungkin dalam dunia real, tapi nyatanya dengan bantuan stunt
dan professional memang begitu adanya. Lain dengan film ke-4 yang justru
kelihatan seperti cartoon dan un-real dengan bantuan animasi di
scene-scene pamungkas. Walaupun dalam segi pengambilan gambarnya tidak ada yang
baru dibanding seri terdahulu maupun film action lainnya namun tetap
dapat membingkai keseluruhan aksi dengan baik. Dari segi tata suara Brian Tyler
sang composer, yang tetap setia mengisi departemen musik sejak
franchise film ini berada ditangan Justin Lin, mampu menghadirkan scoring
yang tetap 'nendang' dengan feel action-nya seperti film-film
sebelumnya. Apalagi scoring yang disajikan pada momen-momen chasing
scene sudah cukup membuat gereget adrenalin bertambah.
Ya, sekali lagi terima kasih kepada Justin Lin yang telah membawa
penyegaran pada franchise Fast & Furious ini, dan ternyata berhasil
dan hasilnya keren. Saya sungguh menikmati adegan per adegan yang ia sajikan.
Walaupun jika diperhatikan, sebetulnya terdapat beberapa ketidakkontinuitas di
beberapa scene dalam film yang bagi saya cukup membuat heran, seperti
contohnya luka-luka pasca fighting scene Dom dan Hobbs yang menghilang begitu
saja pada adegan dimana Dom dan kawan-kawan ditangkap, atau hasil scanner
tangan kiri Reyes yang dipakai untuk sandi tangan kanan deposit miliknya.
Dibalik semua itu overall film Fast & Furious 5: Rio Heist / aka
Fast Five ini sangat entertaining, bisa dibilang seri kali ini
(sampai saat ini) merupakan seri terbaik diantara film-film terdahulu, dan saya
tidak sabar untuk menunggu kisah Dom dan O'conner selanjutnya. Oh ya juga
jangan lewatkan ending credits film ini yang akan menjadi gambaran di
cerita film selanjutnya.
sumber : http://resensinema.blogspot.com/2011/09/fast-furious-5-rio-heist-2011-aka-fast.html#axzz2D9Px5IBu