Minggu, 25 November 2012

Politik Indosesia



Indonesia adalah sebuah negara hukum yang berbentuk kesatuan dengan pemerintahan berbentuk republik dan sistem pemerintahan presidensial dengan sifat parlementer. Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan melainkan pembagian kekuasaan. Walaupun ± 90% penduduknya beragama islam, Indonesia bukanlah sebuah negara islam.
Cabang eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden yang merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang Wakil Presiden yang kedudukannya sebagai pembantu presiden di atas para menteri yang juga pembantu presiden. Kekuasaan legislatif dibagi di antara dua kamar di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR yaitu, Dewan Perwakilan Rakyat/DPR dan Dewan Perwakilan Daerah/DPD. Cabang yudikatif terdiri dari Mahkamah Agung/MA yang dan sebuah Mahkamah Konstitusi/MK yang secara bersama-sama memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Inspektif dikendalikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki perwakilan disetiap Provinsi dan Kabupaten/Kota diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang memiliki otonomi, 5 di antaranya memiliki status otonomi yang berbeda, terdiri dari 3 Daerah Otonomi Khusus yaitu Aceh, Papua, dan Papua Barat; 1 Daerah Istimewa yaitu Yogyakarta; dan 1 Daerah Khusus Ibukota yaitu Jakarta. Setiap propinsi dibagi-bagi lagi menjadi kota/kabupaten dan setiap kota/kabupaten dibagi-bagi lagi menjadi kecamatan/distrik kemudian dibagi lagi menjadi keluarahan/desa/nagari hingga terakhir adalah rukun tetangga.
Pemilihan Umum diselenggarakan setiap 5 tahun untuk memilih anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD yang disebut pemilihan umum legislatif (Pileg) dan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden atau yang disebut pemilihan umum presiden (Pilpres). Pemilihan Umum di Indonesia menganut sistem multipartai.
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan negara demokratis lainnya didunia. Diantaranya adalah adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal Indonesia, Mahkamah Konstitusi yang juga berwenang mengadili sengketa hasil pemilihan umum, bentuk negara kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem multipartai berbatas dimana setiap partai yang mengikuti pemilihan umum harus memenuhi ambang batas 2.5% untuk dapat menempatkan anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD Kabupaten/Kota

Politik Islam

Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara).
Jadi, asalnya makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : ‘Bagaimana mungkin rakyatnya terpelihara (masûsah) bila pemeliharanya ngengat (sûsah)’, artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti ngengat yang menghancurkan kayu. Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka." (HR. Al Hakim)
Rasulullah ditanya oleh sahabat tentang jihad apa yang paling utama. Ia menjawab : "Kalimat haq yang disampaikan pada penguasa" (HR. Ahmad).
Berarti secara ringkas Politik Islam memberikan pengurusan atas urusan seluruh umat Muslim.
Namun, realitas politik demikian menjadi pudar saat terjadi kebiasaan umum masyarakat dewasa ini baik perkataan maupun perbuatannya menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang beraqidahkan sekularisme, baik dari kalangan non muslim atau dari kalangan umat Islam. Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya, dan penyesatan yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa. Penyelewengan para politisi dari kebenaran Islam, kezhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi masyarakat memalingkan makna lurus politik tadi. Bahkan, dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa memusuhi rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang shalih dan berbuat baik. Hal ini memicu propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama (Islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada Allah SWT sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta, kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu daya. Cara pandang demikian, sayangnya, sadar atau tidak memengaruhi sebagian kaum muslimin yang juga sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Padahal propaganda tadi merupakan kebenaran yang digunakan untuk kebathilan (Samih ‘Athief Az Zain, As Siyasah wa As Siyasah Ad Dauliyyah, hal. 31-33). Jadi secara ringkas Islam tidak bisa dipisahkan dari politik.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam

Sabtu, 24 November 2012

Fast & Furious 5: Rio Heist (2011)

Action | Crime | Drama | Thriller

DIRECTOR: Justin Lin
STARRING: Vin Diesel, Paul Walker, Dwayne Johnson, Jordana Brewster, Tyrese Gibson, Ludacris, Elsa Pataky, Gal Gadot, Matt Schulze, Sung Kang, Joaquim de Almeida, Michael Irby
RUNTIME: 130 min
COUNTRY: USA

sinopsis | resensi film

Fast & Furious, franchise film balap mobil liar paling tersohor dalam dekade ini kembali lagi. Kali ini melalui installment ke-5, berjudul Fast & Furious 5: Rio Heist atau cukup disingkat Fast Five, yang akan membawa kita menyusuri jalanan kota Rio de Janiero, Brazil. Dari film pertama The Fast and the Furious (2001) yang dibesut oleh sutradara Rob Cohen, hingga sekuel terbaru, franchise film ini perlahan telah berkembang menjadi film perampokan dengan kecepatan tinggi yang dibalut aksi-aksi adrenalin tinggi penuh ledakan dan berondongan peluru. Beruntung Justin Lin tetap duduk sebagai director di film ke-5 ini. Ramuannya terbukti membawa angin segar pada franchise ini, berbeda dengan film ke-2 yang disutradarai oleh John Singleton yang menurut saya paling melempem dibanding film-film lainnya.
Film ini dibuka dengan adegan lanjutan dari ending film ke-4. Terkisah Dominic Toretto / aka Dom (Vin Diesel) -yang terguncang akibat insiden yang dikisahkan merenggut nyawa pacarnya Letty (Michelle Rodriguez)- divonis penjara setelah menjadi buron FBI cukup lama. Dalam perjalanannya bersama tahanan lainnya menuju penjara, bus yang membawanya mengalami kecelakaan fatal setelah berhasil disabotase oleh orang-orang terdekat Dom yang tidak puas dengan vonis hakim, yaitu Brian O'conner (Paul Walker), mantan polisi & FBI yang juga teman Dom bersama kekasih sekaligus adik kandung Dom, Mia Toretto (Jordana Brewster). Karenanya mereka bertiga menjadi buronan paling dicari FBI. Dom yang dikabarkan berhasil kabur, melarikan diri ke Ekuador berpisah dengan O'conner dan Mia yang memilih lari ke kota Rio, Brazil.

Sesampainya di Rio, mereka bertemu Vince (Matt Schulze), sahabat satu kru Dom yang pernah muncul di film pertama. Disinilah awal konflik bermula. Vince meyakinkan O'conner dan Mia untuk turut serta dalam sebuah misi perampokan mobil yang akan dipimpin olehnya. Sebuah misi perampokan mobil sitaan yang akan terjadi diatas kereta yang berjalan. Perkenalkanlah orang yang menghendaki misi tersebut yaitu, Hernan Reyes (Joaquim de Almeida), seorang konglomerat korup terkaya di Rio de Janiero. Vince mengiming-imingi bahwa misi ini akan berjalan mudah dan Reyes menawarkan imbalan yang besar. Mereka setuju dan misi tersebut pun berjalan. Di misi itu pula mereka kembali dipertemukan dengan Dom yang telah berada di Rio dan ikut turut serta didalamnya. Singkat kata misi tersebut tidak berjalan sesuai rencana awal, walaupun mobil GT40 yang dimaksud berhasil dibawa Mia setelah mendapat aba-aba dari Dom. Bahkan 3 agen Amerika yang bertugas mengamankan mobil sitaan tersebut dibunuh oleh Zizi (Michael Irby), orang kepercayaan Reyes, sedangkan Vince entah menghilang kemana. Mengetahui mobil yang diincar tidak didapatkan serta interogasi tak membuahkan hasil, Reyes kemudian menyekap Dom dan O'conner disebuah gudang dan mengancam akan menemukan Mia. Berselang Reyes pergi, Dom dan O'conner berhasil melarikan diri dari tempat tersebut setelah melewati perlawanan dan kembali ke tempat persembunyian di Favela Rio (sebutan untuk pemukiman padat penduduk disana) untuk berkumpul dengan Mia.

Di sisi lain selidik punya selidik ternyata Reyes bukan mengincar mobilnya, namun chip yang berada didalamnya. Mengetahui tawanannya kabur, Reyes memerintahkan untuk memburu Dom dan kawan-kawannya. Sementara itu disisi lain kota, agen DSS (Diplomatic Security Service) yaitu Luke Hobbs (Dwayne Johnson) -yang ditugaskan FBI untuk memburu Dom, O'conner, dan Mia- baru saja mendarat di Rio, bersama timnya dan ditemani petugas polisi lokal Elena Neves (Elza Pataky), Hobbs siap menangkap para buronan tersebut. Disinilah dimulai aksi-aksi seru pengejaran terhadap Dom dan yang lainnya. Di lain sisi Dom yang merasa diatas angin karena memegang chip berisi data-data lokasi deposit uang Reyes, membuat rencana untuk menyerang balik Reyes, mengambil uangnya dan lalu menghilang untuk memulai kehidupan baru. Untuk menjalankan rencana tersebut, Dom membutuhkan sebuah tim yang solid, karenanya dia dan O'conner memanggil teman-teman lamanya, para kawannya yang muncul di seri Fast & Furious terdahulu. Akankah Dom berhasil dengan rencananya? Atau malah salah satu antara Reyes dan Hobbs lebih dulu menciduk Dom dan kawan-kawannya?

Tak diragukan lagi, dengan film ini kembali membuktikan bahwa tidak salah menunjuk seorang Justin Lin untuk menyutradarai franchise film balapan liar ini, bahkan kabarnya ia pun tetap menduduki kursi sutradara untuk film ke-6 yang rencananya akan tayang 2013. Fast & Furious 5: Rio Heist / aka Fast Five ini bisa dibilang film yang 'komplit'. Komplit baik dari segi action maupun jajaran pemainnya. Betapa tidak, dengan budget sebesar $125,000,000 dihabiskan untuk membuat film ke-5 ini penuh dengan aksi yang lebih heboh ketimbang seri-seri sebelumnya, plus kembalinya cast film terdahulu seperti si botak yang bawel Roman Pearce (Tyrese Gibson), mekanik serta host balap nyentrik Tej Parker (Ludacris), si seksi eks-militer Gisele Harabo (Gal Gadot) serta beberapa cast baru, Dwayne 'The Rock' Johnson dan si cantik Elza Pataky.

Dari segi cerita, film ke-5 ini terasa lebih serius dan 'dewasa'. Porsi balapan liarnya lebih sebagai pelengkap cerita dari kisah perampokannya, berbeda dengan 3 film sebelumnya, namun justru disinilah nikmatnya film ini. Terima kasih kepada Chris Morgan yang bertanggung jawab dalam penulisan cerita sejak The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006) dan juga sutradara yang mampu merangkai tema baru tersebut dengan cantik. Alur cerita didalamnya mengalir cepat. Dari awal pembukaan film kita telah disuguhkan rentetan aksi-aksi seperti, adegan perampokan mobil di kereta, kejar-kejaran di sela atap-atap pemukiman di Rio, sampai aksi kejar-kejaran dengan lusinan polisi di penghujung film, yang ditempatkan secara pas hingga akhir film namun terjaga ritmenya dan tidak berlebihan dari segi durasi. Dialog-dialognya yang ada tidak bertele-tele dan terkadang diselingi jokes yang cukup membuat tersenyum. Untuk akting para pemainnya tidak ada yang spesial, namun dari sejak film pertama saya tetap salut dengan Vin Diesel yang sangat 'masuk' dengan karakter yang dimainkan, maskulin, gahar, cuek, pas jadi 'ikon' franchise ini apabila dibandingkan dengan Paul Walker. Absennya Vin di film ke-2 serasa menghilangkan separuh nyawa di film tersebut. Lalu apa kabar dengan para pemain baru? Dari segi akting Dwayne Johnson masih agak kaku, juga dalam dialognya. Malahan dibeberapa scene masih terbawa karakter juga gesture dari 'The Rock' didunia gulatnya. Walaupun pada kenyataannya di film ini ia pun harus bergulat dengan Vin Diesel, dan adegan adu jotos antara dua orang bertubuh kekar ini juga yang memang cukup dinanti. Sedangkan Elza Pataky, muncul di film ini hanya sebagai pemanis yang ditunggu untuk dinikmati keelokannya. Karena pun kehadirannya sebagai penterjemah bagi Hobbs terlihat tidak terlalu berguna.
Dari sinematografi dan departemen teknik, di film ini tampaknya mengurangi penggunaan CGI apalagi untuk scene-scene andalan seperti kejar-kejaran deposit / brankas dengan polisi di akhir film yang walaupun terlihat tidak mungkin dalam dunia real, tapi nyatanya dengan bantuan stunt dan professional memang begitu adanya. Lain dengan film ke-4 yang justru kelihatan seperti cartoon dan un-real dengan bantuan animasi di scene-scene pamungkas. Walaupun dalam segi pengambilan gambarnya tidak ada yang baru dibanding seri terdahulu maupun film action lainnya namun tetap dapat membingkai keseluruhan aksi dengan baik. Dari segi tata suara Brian Tyler sang composer, yang tetap setia mengisi departemen musik sejak franchise film ini berada ditangan Justin Lin, mampu menghadirkan scoring yang tetap 'nendang' dengan feel action-nya seperti film-film sebelumnya. Apalagi scoring yang disajikan pada momen-momen chasing scene sudah cukup membuat gereget adrenalin bertambah.

Ya, sekali lagi terima kasih kepada Justin Lin yang telah membawa penyegaran pada franchise Fast & Furious ini, dan ternyata berhasil dan hasilnya keren. Saya sungguh menikmati adegan per adegan yang ia sajikan. Walaupun jika diperhatikan, sebetulnya terdapat beberapa ketidakkontinuitas di beberapa scene dalam film yang bagi saya cukup membuat heran, seperti contohnya luka-luka pasca fighting scene Dom dan Hobbs yang menghilang begitu saja pada adegan dimana Dom dan kawan-kawan ditangkap, atau hasil scanner tangan kiri Reyes yang dipakai untuk sandi tangan kanan deposit miliknya. Dibalik semua itu overall film Fast & Furious 5: Rio Heist / aka Fast Five ini sangat entertaining, bisa dibilang seri kali ini (sampai saat ini) merupakan seri terbaik diantara film-film terdahulu, dan saya tidak sabar untuk menunggu kisah Dom dan O'conner selanjutnya. Oh ya juga jangan lewatkan ending credits film ini yang akan menjadi gambaran di cerita film selanjutnya.

sumber : http://resensinema.blogspot.com/2011/09/fast-furious-5-rio-heist-2011-aka-fast.html#axzz2D9Px5IBu

Sabtu, 17 November 2012

Gokil Dad : Diarinya Bapak Keren


Buku ini termasuk dalam personal literatur (Pelit), genre baru dalam dunia perbukuan. Kekuatan buku bergenre personal literaturvterletak pada materi dan cara bertutur penulis. Dan hal itulah yang ditemukan pada buku Gokil Dad ini. Penulis bertutur dengan gaya komedi atau yang dalam bahasa gaul disebut "ngocol". Penulis buku ini sendiri sudah terkenal dengan buku-buku fiksi komedinya seperti Suster Nengok, Pulau Huntu, Tikil, dan lain-lain.
Setelah membaca buku ini, bisa ditarik kesimpulan cerita-cerita yang disajikan terbagi dalam dua kategori : cerita yang benar-benar lucu dan cerita yang tidak lucu. Cerita yang benar-benar lucu, misalnya cerita yang kejadiannya memang lucu dan dituliskan dengan gaya komedi sehingga saat membaca membuat kita tertawa tergelak. Coba saja baca cerita tentang saat penulis salah memilih kuping saat mengadzani putri pertamanya atau cerita tentang misteri popok yang hilang. Dan kebingungan Iwok ketika disuruh memperbaiki listrik rumah mertuanya, yang mengakibatkannya harus kehilangan uang Rp 50 ribu untuk membeli 2 unit sekering.
Lalu bagaimana dengan cerita yang tidak lucu ? Cerita yang tidak lucu ini adalah cerita yang juga dialami banyak orang, hal yang biasa terjadi, namun lewat gaya bertutur Iwok Abqary, cerita biasa dan tidak lucu itu menjadi cerita yang menarik dan lucu membuat pembacanya tersenyum. Misalnya saja, tidak semua laki-laki yang memiliki kendaraan peduli dengan kendaraannya, tapi tidak semua sekonyol Iwok yang mempunyai motto yang penting masih bisa dipakai dan jalan, tancap terus!
Buku yang benar-benar menghibur, ringan dan tidak perlu mengerutkan kening untuk membacanya. Apalagi jika melihat cover buku yang dikemas menarik. Buat para pria yang terinspirasi menuliskan pengalamannya sebagai suami dan ayah, bisa menjadikan buku ini sebagai referensi.

Penulis  : Iwok Abqary
Penyunting : Tka
Penerbit : Gradien Mediatama
Ukuran  : 13 x 19 cm
Tebal  : 160 halaman 
Kategori : Nonfiksi/Inspirasional/Komedi
Terbit  : Maret 2009