Sebuah karangan ilmiah tidak mungkin baik bila paragraf-paragraf
penyusunnya tidak baik. Sama halnya dengan paragraf, tidak mingkin menjadi
paragraf yang baik bila kalimat-kalimat penyusunnya juga tidak baik. Demikian juga
dengan kalimat, tidak mungkin diperoleh kalimat yang baik bila kata-kata
penyusunnya tidak tepat dan tidak sesuai. Berkaitan dengan paragraf, berikut
akan dibahas pengertian paragraf, ciri paragraf yang baik, jenis-jenis paragraf
, dan pengembangan paragraf.
1. Pengertian
Paragraf disebut juga alinea.
Kata paragraf diserap dalam bahasa Indoensia dari bahasa Inggris paragraph,
sedangkan alinea diserap dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata alenia bahasa Belanda itu sendiri berasal dari
bahasa latina lenia yang
berarti ‘mulai dari baris baru’. Adapun bahasa Inggris paragraph berasal
dari bahasa Yunani para yang
berarti ‘sebelum’ dan grafein yang
berarti ‘menulis; menggores’. Pada mulanya paragraf atau alenia tidak
dituliskan terpisah dengan mulai garis baru seperti yang kita kenal sekarang,
tetapi dituliskan menyatu dalam sebuah teks dengan menggunakan tanda sebagai
ciri awal paragraf (Sakri 1992:1).
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau
topik. Paragraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan
kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan
atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat,
mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah
kalimat. Bahkan sering kita temukan sebuah paragraf terdiri atas lebih dari
lima buah kalimat. Meskipun paragraf terdiri atas beberapa kalimat, tidak satu
pun dari kalimat-kalimat itu yang membicarakan soal lain. Seluruh paragraf
memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan
masalah itu (Arifin 1988:125). Jadi, paragraf adalah bagian-bagian karangan
yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta
merupakan satu kesatuan pikiran. Berikut ini contoh sebuah paragraf:
Berdasarkan sarananya bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa
tulis dan lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa
karangan, sedangkan bahasa lisan ialah bahasa yang diucapkan atau dituturkan,
berupa pidato atau percakapan. Dalam bahasa tulis paragraf merupakan bagian
dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan.
Paragraf tersebut terdiri atas tiga kalimat. Semua kalimat itu
membicarakan soal bahasa tulis dan lisan. Oleh karena itu, topik paragraf itu
adalah masalah bahasa. Dalam tulisan-tulisan lain kita juga akan menjumpai
topik paragraf yang lain pula. Topik-topik paragraf adalah pikiran utama di
dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada
pikiran utama. Pikiran utama itulah yang menjadi pokok pembicaraan. Karena itu,
pikiran utama disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf. Dengan
demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf itulah topik
paragraf.
2. Syarat Paragraf
yang Baik
Paragraf yang baik hendaknya memenuhi dua syarat, yaitu (1) kesatuan dan
(2) kepaduan (Arifin 1988:126; Soedjito 1991:30). Selanjutnya Sakri (1992:2)
menambahkan ciri ketiga paragraf yang baik, yakni memiliki isi yang memadai.
Berikut ini diuraikan secara rinci.
a. Kesatuan
Dalam sebuah paragraf
hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang
membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat
yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu. Apabila ada kalimat yang
menyimpang dari pokok pikiran atau ide pokok paragraf itu, maka paragraf itu
menjadi tidak padu dan tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus
dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.
Jateng sukses.
Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng, selesai pertandingan
final Kejurnas Tenis Minggu malam di Gedung Olah Raga Jatidiri Semarang. Kota
Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota propinsi Jateng.
Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapar
terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu.
Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petenis terbaik yang jatuh ke tangan Jateng.
Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi puncak yang pernah diraih oleh Jateng
dalam arena kejurnas.
Paragraf tersebut terdiri atas enam
kalimat. Dalam paragraf itu, kalimat ketiga, yaitu Kota Semarang terdapat di pantai utara pulau Jawa, ibu kota
propinsi Jatengmenyimpang dari pokok pikiran Jateng sukses,
sedangkan kalimat yang lain mendukung pokok pikiran. Kalimat ketiga menyebabkan
paragraf tersebut tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat itu hendaknya dikeluarkan
sehingga paragraf itu menjadi utuh.
b.
Kepaduan
Kepaduan paragraf
dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis dan dari ungkapan-ungkapan
(kata-kata) pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan
kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat yang
sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan
penghubung transisi. Beberapa kata transisi yang dapat digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain adalah sebagai berikut.
(1) Hubungan tambahan:
lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya,
demikian pula, begitu juga, lagi pula.
(2) Hubungan
pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya,
meskipun begitu, lain halnya.
(3) Hubungan
perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu.
(4) Hubungan akibat:
oleh sebab itu, jadi, akibatnya, maka.
(5) Hubungan tujuan:
untuk itu, untuk maksud itu.
(6) Hubungan
singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan.
(7) Hubungan waktu:
sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian.
(8) Hubungan tempat:
berdekatan dengan itu.
Paragraf di bawah ini
memperlihatkan pemakaian ungkapan pengait antarkalimat yang berupa ungkapan
penghubung transisi.
Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik
tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai guncang
menampung serbuan para pemburu saham. Agaknya, pemilik-pemilik uang berusaha meraih
sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu,
bursa efek berusaha menampung minat pemilik yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks
harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin
IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen.
Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu, oleh karena itu,
akibatnya, dan bahkan dalam
paragraf tersebut, kepaduan paragraf dapat dirasakan dan urutan kalimat-kalimat
dalam paragraf itu logis dan kompak.
c. Isi yang memadai
Sebuah paragraf
dikatan memiliki isi yang memadai jika memiliki sejumlah rincian yang terpilih
dengan patut sebagai pendukung pokok pikiran paragraf. Pembaca berharap akan
menemukan semua informasi yang kerkaitan dengan pokok pikiran paragraf secara
memadai. Pembaca akan kecewa bila gagasan yang terkandung dalam sebuah paragraf
tidak jelas atau tidak didukung dengan rincian yang memadai. Paragraf yang
hanya terdiri atas satu atau dua kalimat, jelas tidak memadai dalam hal isi.
Paling tidak kalimat utama dijelaskan oleh beberapa kalimat penjelas.
3. Macam-Macam Paragraf
Dalam sebuah karangan, paragraf dapat dilihat dari segi letak kalimat
topik, jenis, dan teknik pemaparan. Ketiga segi itu membedakan nama-nama
paragraf yang terdapat pada karangan.
Dilihat dari segi letak kalimat topik, paragraf
dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, dan campuran (Soedjito 1991:12-15
dalam Doyin dkk. 2003). Paragraf yang pengarangnya meletakkan kalimat topik
pada awal kalimat adalah paragrafdeduktif. Berikut
paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal kalimat.
Bahasa Indonesia adalah
bahasa yang demokratis. Ia tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian. Tidak
mengenal perubahan bentuk kata kerja sehubungan dengan perubahan subjek yang
melakukan pekerjaan tersebut.
Sebaliknya, paragraf
yang kalimat topik ada pada akhir paragraf disebut paragrafinduktif. Berikut ini contoh paragraf yang kalimat
topiknya terletak di akhir.
Bahasa Indonesia
bukanlah sistem tunggal. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang hidup memiliki
variasi yang berfungsi dalam proses komunikasi. Variasi-variasi tersebut
sejajar; tidak ada yang lebih baik dari yang lain. Salah satu fungsi tersebut
diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Variasi tersebut dinamakan
bahasa standar atau baku.
Adapun paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal dan di akhir
paragraf disebut paragraf campuran atau deduktif induktif. Kalimat topik pada awal paragraf
diulang pada akhir paragraf. Maksud pengulangan tersebut adalah untuk memberi
tekanan atau penegasan kepada pikiran pokoknya. Akan tetapi, kalimat topik
ulangan tidak harus tepat sama dengan kalimat topik pada awal paragraf.
Kata-kata dan susunan kalimatnya dapat diubah, tetapi ide pokok harus tetap
sama. Paragraf berikut adalah campuran antara paragraf deduktif dan induktif.
Kalimat yang dicetak miring merupakan kalimat topik pada paragraf itu.
Topik dan judul itu berbeda. Topik merupakan
pokok pembicaraan atau masalah yang dibahas, sedangkan judul merupakan kepala
karangan. Topik harus ditentukan sebelum seseorang mulai menulis, sedangkan
judul dapat ditentukan ketika mulai menulis atau setelah tulisan itu selesai. Dengan demikian, topik dan
judul berbeda.
Paragraf dilihat dari
segi jenisnya, dibedakan atas paragraf pembuka, pengembang, dan penutup (Arifin
1988:131). Paragraf pembuka merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada
isi suatu pembicaraan yang akan dipaparkan kemudian di dalam karangan. Karena
itu, paragraf pembuka hendaknya menarik minat dan perhatian pembaca serta
sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan
berikutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah dengan mengutip
pernyataan atau pendapat yang merangsang dari para ahli atau orang yang
terkenal di bidangnya.
Sebuah karangan pendek atau bagian karangan panjang yang tidak dibuka
dengan menampilkan alinea yang menarik akan kehilangan kesempatan untuk
menggiring minat pembaca. Anwar (dalam Widagdo 1997:99) menyebut alinea pembuka
dengan sepuluh kata pertama. Hal itu ditegaskan oleh Elmer Wheeler (dalam
Widagdo 1997:99), “Ceritakanlah dalam sepuluh perkataan pertama atau Anda tidak
akan berkesempatan mempergunakan 10.000 perkataan berikutnya”.
Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf
pembuka dan penutup. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang dikemukakan.
Karena itu, paragraf satu dengan paragraf lainnya hendaknya memperlihatkan
hubungan yang serasi dan logis. Paragraf ini dapat dikembangkan dengan cara
deskriptif, ekspositoris, naratif, atau argumentatif yang akan dibicarakan pada
halaman-halaman berikutnya.
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan.
Paragraf ini umumnya berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan
pada bagian-bagian sebelumnya yang mengunci atau menutup sebuah karangan. Dalam
mengunci karangan hendaknya dapat memberikan kesan yang baik di benak pembaca.
Untuk itu, perlu dikemukakan hal-hal yang penting, seperti simpulan atau
simpulan yang diramu dengan saran-saran atau pendapat pribadi pengarang.
Paragraf yang demikian dapat dilihat pada contoh berikut.
Sampai sekarang tidak
ada patokan tentang ukuran paragraf. Oleh karena itu, penulis harus dapat
mengendalikan panjang paragraf berdasarkan beberapa pertimbangan yang
ditentukan oleh masalah yang ditulis. Paragraf pendek yang terdiri atas satu
kalimat dapat efektif dan mudah dipahami dapat digunakan, asal tidak terlalu
sering.
Dilihat dari segi
teknik pemaparan, paragraf dibedakan atas paragraf deskriptif, ekspositoris,
argumentatif, dan naratif.
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi lukisan apa yang
tertangkap oleh indera, baik yang terlihat, terdengar, terasa, teraba, atau
tercium. Semua hasil penginderaan selanjutnya dioleh oleh perasaan dan
dilukiskan dengan kata-kata sebagai sebuah paragraf deskripsi.
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini
menampakkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur dari objek yang
dipaparkan. Penyampaiannya dapat menggunakan analisis kronologis atau keruangan
sebagaimana terlihat pada paragraf berikut.
Kesalahan
umum dalam penulisan karya ilmiah antara lain terletak pada pemakaian tanda
baca, yaitu tanda titik dua (:), koma (,), titik (.), dan sebagainya. Huruf
pertama kalimat setelah titik dua hendaknya huruf kecil, tetapi sering
digunakan huruf besar. Koma hendaknya digunakan untuk menunjukkan batasan
aposisi, tetapi tidak digunakan. Titik hendaknya digunakan untuk menandai akhir
kalimat, tetapi digunakan rincian. Kesalahan-kesalahan itu umumnya tidak
disadari oleh penulisnya.
Paragraf argumentatif
bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca dengan cara memaparkan alasan-alasan,
fakta-fakta, atau bukti-bukti suatu pendapat atau gagasan pemecahan sebuah
masalah. Untuk itu, paragraf ini menggunakan pengembangan analitis yang dapat
dilihat pada paragraf berikut:
Bahasa Indonesia
adalah bahasa persatuan. Rakyat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan
budaya dapat disatukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tanpa menggunakan
bahasa Indonesia, bangsa Indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa daerah,
ragam budaya, adat istiadat yang berbeda akan sulit berkomunikasi. Meskipun ada
sedikit perbedaan intonasi antara masyarakat Jawa dan Sumatra, misalnya, mereka
tetap dapat memahami pesan yang mereka sampaikan dengan menggunakan bahasa
Indonensia.
Paragraf naratif umumnya dihubungakan dengan bercerita. Oleh karena itu,
paragraf naratif umumnya ditemukan dalam novel, cerpen, hikayat, dan
sebagainya. Paragraf naratif memiliki unsur 5W1H (who, what, where, when, why,
dan how). Siapa, melakukan atau mengalami kejadian apa, di mana dan kapan
kejadian itu terjadi, mengapa sampai melakukan atau mengalami kejadian itu, dan
bagaimana kronologis kejadiannya. Berikut contohnya:
Siang itu Jaka
benar-benar kecewa karena tugas yang telah disusunnya berminggu-minggu dan
sudah sampai waktunya untuk dikumpulkan ternyata tidak dapat dicetak karena ia
lupa meletakkan disket yang berisi dokumen itu. Mondar-mandir ia mencarinya dan
tidak menemukannya. Jaka memarahi dirinya karena tidak menyimpan di tempatnya.
Ia tergesa-gesa ketika selesai dari rental langsung pulang ke kampung halaman.
4. Pengembangan
Paragraf
Mengarang adalah mengembangkan beberapa kalimat topik. Dalam karangan
itu kita harus mengembangkan paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita
harus dapat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung satu
kalimat topik. Contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan paragraf yang tidak
hemat akan kalimat topik. Paragraf yang tidak hemat ini mengandung tiga buah
kalimat topik.
Penggemar seruling
buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh
seruling buatan Morgan. Pertengahan bulan Juli Morgan menghentikan pemesanan
seruling karena terlalu banyak pihak yang telah memesan seruling buatannya.
Memang dewasa ini Morgan tergolong pembuat instrumen tiup kelas dunia.
Perhatikan paragraf
berikut yang merupakan pengembangan kalimat-kalimat topik di atas.
Penggemar seruling
buatan Frederick Morgan bersedia menunggu lima belas tahun asal memperoleh
seruling buatan Morgan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh beberapa penggemar
seruling Eropa. Hal ini terjadi setelah Morgan mengemukakan bahwa pemesanan
serulingnya ditutup.
Pada pertengahan bulan
Juli Morgan menghentikan pemesanan seruling karena terlalu banyak pihak yang
telah memesan seruling buatannya. Jika dibuat terus menerus, Morgan harus
bekerja selama empat belas tahun guna memenuhi pesanan tersebut. Seruling
buatan Morgan sangat berperan pada musik di dunia Eropa sejak tahun 1950.
Dewasa ini Morgan
tergolong ahli pembuat instrumen tiup kelas dunia. Beberapa ahli lainnya adalah
Hans Caolsma (Utreacth), Mortin Skovroneck (Bremen), Frederick van Huene
(Amerika Serikat), Klaus Scheel (Jerman), serta Sighoru Yamaoka dan Kuito
Kinoshito (Jepang). (Dikutip dari Arifin 1988:138).
Kalau kita amati,
ternyata paragraf-paragraf yang terakhir lebih “berbicara” daripada paragraf
sebelumnya yang mengandung tiga buah kalimat topik. Paragraf terakhir hemat
akan kalimat topik, tetapi kreatif akan kalimat-kalimat penjelas.
5. Teknik Pengembangan
Paragraf
Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik
pertama, menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan kalimat topik itu
dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan
pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua,
dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara
logika sehingga penyataan tadi merupakan suatu yang meyakinkan.
Dalam praktek
pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa
cara yang lebih praktis, di antaranya dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus
(umum-khusus/khusus-umum), (b) memberikan contoh, (b) menampilkan fakta-fakta,
(c) memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan bercerita, definisi luas, atau
campuran. Ketiga cara tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh berikut:
a. Pengembangan
Paragraf dengan Memaparkan Hal-Hal Khusus
1) Kalimat Utama
ditulis pada awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas.
Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus.
(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan.
(2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3)
Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan
tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan.
Paragraf seperti ini
dinamakan paragraf deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah umumnya
berbentuk deduktif. Pengembangan paragraf itu dapat didiagramkan sebagai
berikut:
khusus (2)
umum (1)
khusus (3)
khusus (4)
Selain itu, paragraf
dapat disusun dengan cara mengembangkan ide pokok secara khusus-umum. Berikut
ini contoh pengembangan paragraf khusus-umum:
(1) Sudah beberapa
kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2) Namun,
setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata
gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan
matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Bukti yang lalu meyakinkan kita
bahwa Pancasila benar-benar sakti,
tidak dapat diubah dan dipecah-pecah.
Paragraf seperti
ini dinamakan paragraf induktif. Mula-mula dikemukakan hal-hal khusus kemudian
dipaparkan hal umum yang merupakan pikiran pokok. Pengembangan paragraf seperti
itu dapat didiagramkan sebagai berikut.
khusus (1)
khusus (2) umum (4)
khusus (3)
b. Pengembangan
Paragraf dengan Pemberian Contoh
Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu pernyataan, kemudian
disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh kongkret. Berikut ini contoh
pengembangan paragraf dengan memberikan contoh-contoh:
Kesalahan dalam
penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi) dan
penyusunan kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya
digunakannya kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, danmemang yang mengarah pada ketidakyakinan penulis akan
hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya
menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu,
seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada
kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan
dua hal yang telah menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk itu dalam
menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum,
representatif, dan dapat mewakili keadaan sebenarnya.
c. Pengembangan Paragraf
dengan Menampilkan Fakta-Fakta
Pengembangan paragraf dengan cara ini mula-mula dikemukakan pendapat
umum yang menjadi pikiran pokok kemudian kalimat-kalimat penjelas yang
merupakan fakta-fakta yang meyakinkan pendapat tersebut. Berikut ini contoh pengembangan
paragraf dengan cara tersebut:
Banyak ilmuwan
Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kagagalan ini
terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu
kalimat-kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan akibat untuk
menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, sering dijumpai
tulisan yang sukar dipahami sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk
menghasilkan argumen yang meyakinkan.
d. Pengembangan
Paragraf dengan Memberikan Alasan-Alasan
Alasan-alasan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf jenis ini
dapat berupa sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam pengembangan jenis
sebab-akibat, lebih dahulu dikemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya
sesuatu kemudian diikuti rincian-rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini,
sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran
penjelas.
Contoh:
(1) Kemampuan menyusun
paragraf yang baik adalah modal kesuksesan bagi mahasiswa. (2) Ia dapat
mengungkapkan ide atau gagasannya dengan jelas kepada dosen atau kepada
partisipan ketika berdiskusi. (3) Tugas-tugas juga terbaca dan dapat dipahami
dengan cepat oleh dosen karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan
dengan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen
tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan kepala ketika
memeriksa dan argumentasinya jelas meskipun kurang tepat.
Paragraf tersebut
tergolong paragraf deduktif. Kalimat (1) merupakan sebab, sedangkan kalimat
(2), (3), dan (4) merupakan akibat. Pengembangan ini dapat didiagramkan sebagai
berikut.
akibat (2)
sebab (1) akibat (3)
akibat (4)
Dalam suatu rentetan
proses, peristiwa kedua yang semula sebagai akibat itu dapat menjadi sebab pada
peristiwa ketiga. Demikian seterusnya sehingga proses itu menjadi rentetan
sebab-akibat yang panjang. Contoh pengembangan paragraf jenis ini sebagai
berikut:
(1) Ketidakjelasan
dalam mengemukakan pendapat atau maksud penulis atau pembicara kepada pembaca
atau penulis dapat mengakibatkan terjadinya konflik. (2) Konflik itu terjadi
karena pesan yang disampaikan pembicara atau penulis ditangkap lain oleh
pendengar atau pembaca. (3) Pendengar atau pembaca menyampaikan pesan yang
ditangkapnya kepada yang bersangkutan. (4) Orang yang bersangkutan tidak terima
dan membalasnya.
Kebalikan
pengembangan sebab-akibat ialah akibat-sebab. Dalam hal ini, akibat suatu
kejadian merupakan pikiran-pikiran utama, sedangkan sebab merupakan pikiran
penjelas.
(1) Dia terpaksa tidak
melanjutkan kuliahnya di Unnes. Sudah beberapa bulan ibunya sakit. (3) Ayahnya
sudah meninggal satu tahun yang lalu. (4) Adik-adiknya masih kecil. (5)
Sementara ibunya membutuhnya biaya pengobatan. (6) Untuk itu, terpaksa ia harus
meninggalkan kuliahnya karena harus bekerja.
d. Pengembangan
Paragraf dengan Perbandingan
Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua persamaan dan atau
perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan. Paragraf berikut merupakan
paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.
Contoh a:
(1) Dalam kesusastraan
Indonesia kita mengenal cipta sastra yang disebut pantun dan syair. (2) Kedua
cipta sastra itu berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama. (3) Kedua
puisi lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris. (4) Baik pantun
maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai pada cipta sastra
masa kini. (5) Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian saja.
Pada pengembangan
contoh a di atas dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi
persamaan-persamannya.
Contoh b:
(1) Pantun dan syair mempunyai
beberapa perbedaan. (2) Perbedaannya terlihat jelas pada sajaknya. (3) Pantun
bersajak silang (abab), sedangkan syair bersajak sama (aaaa). (4) Selain itu,
dua baris pertama pada pantun hanya berupa sampiran, sedangkan isinya terletak
pada baris ketiga dan keempat. (5) Pada syair yang tidak ada sampiran, keempat
barisnya mengandung isi yang saling bertautan.
(2) Pada pengembangan contoh b di
atas, dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi perbedaan-perbedaannya.
Contoh c:
(1) Pantun dan syair
mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong puisi lama
yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair keempat barisnya merupakan isi,
sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. (5) Pantun
berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.
Pada pengembangan
contoh c di atas, perbandingan dipaparkan dengan persamaan–kalimat (2)–dan
perbedaan-perbedaan–kalimat (3), (4), dan (5).
Pengembangan dan
perbandingan dapat disusun dengan dua cara. Cara pertama, mula-mula dituliskan
semua rincian tentang hal I, kemudian rincian semua hal II. Jadi, rincian
masing-masing disebutkan secara terpisah. Paragraf itu seolah-olah terbagi atas
dua bagian, yaitu bagian I + rincian-rinciannya, dan bagian II +
rincian-rinciannya juga.
Pengembangan dengan
perbandingan cara kedua ialah rincian-rincian hal I, itu dituliskan tidak
terpisah, artinya selalu dalam satu kalimat, dan seterusnya. Lihat pengembangan
contoh c, kalimat (3), (4), dan (5). Rincian-rincian yang disebutkan dalam cara
kedua itu harus sejajar. Dalam praktek mengarang lebih banyak digunakan cara
yang kedua sebab persamaan dan perbedaan dua hal yang dibandingkan itu lebih
mudah dipahami dan diingat. Sebab itu, hendaklah dipakai cara kedua.
e. Pengembangan
Paragraf dengan Definisi Luas
Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai untuk
mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan
definisi itu. Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas.
Karangan eksposisi
adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam
memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat
pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam
memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.
Pengembangan dengan
definisi luas tidak hanya berupa paragraf, bahkan dapat pula berupa sebuah
buku. Meskipun demikian, dasar-dasar definisi tetap sama.
f.
Pengembangan Paragraf dengan Campuran
Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian terhadap kalimat utama
terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Jadi,
misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat, sebab-akibat dengan
perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut contoh
pengembangan paragraf jenis ini.
(1) Bahasa tutur ialah
bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2)
Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata yang
digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya. (4) Lagi pula hanya menggunakan
kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Untuk itu, digunakan kata kata
tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian,
nggak, emang, dipikirin, dan
sebagainya. (6) Sering pula kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul(dibetulkan), belum lihat (belum melihat), merobah (mengubah),
dan sebagainya. (7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang umum,
misalnya: dapet(dapat), malem (malam), ampat (empat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya. (8) Bahkan
sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya
ini hari, itu orang, lain hari, lain kali, dan sebagainya.
Sumber :
http://endutendut.blogspot.com/2012/03/pengembangan-paragraf.html